![]() |
Grafik oleh Nabilla Ramadhian |
Alkisah
terdapat dua orang yang baru saja pulang kencan dimalam hari. Sebut saja Mayumi
dan Tooru. Tidak biasanya Tooru mengajaknya ke taman bermain dan menyebutnya kencan.
Malam itu sebelum pergi, Mayumi bercerita pada sahabat sebangkunya, Yuuko, kalau
sudah beberapa hari belakangan Tooru bertindak aneh sekali.
“Aku
merasa seperti dia sedang kesurupan. Mungkin karena minggu lalu ia mencoba
bermain petak umpet sendiri tetapi gagal karena tiba-tiba ayah dan ibunya
datang dari Osaka,” ucap Mayumi.
“Mungkin
juga karena pengaruh dari Satoo-san yang selalu menceritakan hal-hal misteri
yang terjadi di kota ini? Dan dia penasaran akan hal itu. Kau tahu sendiri Tooru
sangat gila dengan kota ini,” tangkas Yuuko dengan acuh sembari menggunting
kukunya.
Mayumi
tidak begitu khawatir lagi dengan Tooru setelah mendengar penjelasan Yuuko,
karena ia juga tahu kalau Tooru sangat mencintai kota ini.
///
Malam
pun tiba. Tooru menjemput Mayumi dan mereka lekas pergi ke taman bermain
tersebut. Karena taman bermainnya sangat dekat dengan rumah Mayumi, mereka
berdua memutuskan untuk berjalan kaki.
Setelah
menghabisnya banyak waktu bermain permainan-permainan festival yang ada disana,
mereka memutuskan untuk menyudahi kencan malam itu.
“Ne, Mayumi. Kau tahu kenapa aku
mengajakmu ke taman bermain ini?” Tanya Tooru ketika mereka dalam perjalanan
pulang.
“Hmm,
tidak tahu. Kenapa? Apa kau sudah mulai bosan dengan mall?”
“Tidak.
Kau tahu kan disekitar sini, apabila kau memasuki hutan yang mengelilingi
taman, terdapat bangunan besar yang dulu pernah digunakan sebagai rumah sakit?”
“Aku
tahu. Dan gedung itu sudah tutup selama 60 tahun. Kenapa?”
“Bagaimana
kalau kita masuk kesana? Kalau kau takut, tenang saja! Aku akan melindungimu.
Ini aku bawakan senter. Aku sudah mempersiapkan semuanya sebelum menjemputmu
tadi,” ujar Tooru sembari memberi senter berwarna kuning pada Mayumi.
“A-ah..
Tunggu, aku kan belum setuju,” sebelum Mayumi selesai berbicara, Tooru sudah
berlari menuju hutan dan memasuki gedung tersebut.
Mau
tidak mau Mayumi terpaksa mengikutinya karena ia takut pulang sendiri. Bagaimana
tidak? Jalanan dari taman bermain menuju rumah Mayumi sangat menyeramkan ketika
malam hari. Kanan dan kiri jalan adalah hutan yang sama sekali tidak ada lampu
penerangan.
Ketika
memasuki gedung, Mayumi bertemu dengan Tooru yang sedang berdiri menunggunya, “Lama
sekali sih! Aku kan tidak sabar untuk
berpetualang. Kalau kamu takut, kamu bisa berjalan di belakangku. Tapi jangan
jauh-jauh, ya! Aku takut nanti kamu hilang.”
Dengan
itu, mereka mulai perjalanan menelusuri lorong rumah sakit yang gelap dan
berantakan. Sepanjang lorong, banyak sekali barang-barang yang berdebu, sudah using,
bahkan Mayumi sesekali melihat tikus yang berjalan mondar-mandir. Namun Mayumi
seketika menabrak sesuatu.
“Aduh!
Ada apa sih!?” Tanya Mayumi sambil
mengusap kepalanya yang kesakitan itu.
“Maaf,
aku terkejut ada pintu ruangan yang terbuka. Karena dari tadi kan semua pintu yang kita temui di lorong
dikunci dengan rapat. Bahkan dirantai,” ujar Tooru sambil tertawa.
Tooru
tanpa basa-basi langsung berjalan masuk meninggalkan Mayumi. Mayumi tidak mau
masuk ke dalam karena ruangan tersebut dibandingkan dengan lorong benar-benar
sangat gelap. Tidak ada cahaya bulan yang masuk.
Namun,
setelah Mayumi menunggu selama 30 menit, ia sama sekali tidak mendengar apapun.
Semuanya sangat hening. Langkah kaki Tooru tidak lagi terdengar. Bahkan yang
terdengar oleh Mayumi hanyalah nafasnya…
///
Yuuko
baru saja selesai mengeringkan rambut ketika dirinya mendengar bunyi telepon
yang bordering. Ketika ia mengangkat, ia dengar suara Mayumi yang menangis
tersendu-sendu.
“Hei!
Kau diapakan oleh Tooru? Sampai menangis sedih seperti itu!”
“Tidak
apa-apa. Tapi… Tooru benar-benar bertindak sangat aneh hari ini!” Jawab Mayumi.
Kemudian
Mayumi bercerita mulai dari Tooru menjemputnya sampai ketika dirinya ditinggal
begitu saja di lorong rumah sakit.
“Aku
sudah menunggu sekitar 30 menit… Aku memanggil terlebih
dahulu. Tetapi karena Tooru tidak menjawab, ya sudah aku masuk. Aku melihat Tooru sedang berdiri di tengah
ruangan. Ketika aku menepuk pundaknya, aku
sangat takut! Wajahnya sangat seram. Kedua soket matanya kosong! Darah
berlumuran sangat banyak diwajahnya, begitu pula dengan bibirnya yang robek.
Berdarah-darah!”
“Mayumi,
cepat keluar dari situ! Cepat pergi dari situ!”
“Aku
sangat takut. Aku tidak bisa bernafas. Aku sangat sesak. Disini sangat gelap
dan hawanya panas sekali. Aku ingin pergi dari sini. Tapi aku tidak tahu
caranya. Aku ingin pergi dari sini, Yuuko!” Ujar Mayumi sambil menangis.
“Cepat
keluar dari situ! Aku akan menunggumu di rumah!”
“Aku
boleh pergi? Aku boleh pergi dari sini? Aku ingin bertemu ibuku. Aku sangat
takut. Apakah aku benar-benar boleh pergi dari sini? Hey, Yuuko. Aku
benar-benar boleh pergi dari sini, kan? Hey, jawab aku. Aku sangat ingin keluar
dari sini. Bolehkah aku pergi?”
Yuuko
tidak bisa berkata apa-apa karena sudah mulai merasa ada yang aneh dari Mayumi.
Namun karena Mayumi adalah sahabatnya, ia tidak berpikir yang macam-macam. Tetapi,
sebelum ia bisa menjawab, ia kaget mendengar pintu rumahnya yang hanya berjarak
4 langkah dari telepon rumahnya tiba-tiba diketuk-ketuk dengan kencang.
“Siapa
disana?” Teriak Yuuko.
“Ini
aku, Tooru! Aku ingin minta tolong! Mayumi bertingkah sangat aneh ketika kami
mulai memasuki gedung rumah sakit yang terbengkalai itu! Tolong bukakan
pintunya! Aku akan menjelaskan semuanya!” Tooru meronta-ronta dan terdengar
sangat panicksekali seperti ia sedang dikejar oleh sesuatu.
Ketika
itu, Tooru mulai menceritakan kejadian yang sama dengan apa yang Mayumi
ceritakan ditelepon. Namun yang berbeda adalah Tooru yang menunggu sendirian
sementara Mayumi yang nekat masuk ke dalam ruangan gelap itu.
“Hei,
Yuuko! Tolong bukakan pintunya! Jangan angkat telepon Mayumi, ia sedang
mengelabui kita! Aku tidak tahu apa yang merasukinya tetapi aku sangat takut
sekali. Ia seperti bukan manusia! Tolong bukakan pintunya!” Tooru tetap
berbicara sambil mengetuk-ngetuk pintu Yuuko dengan sangat kencang.
Saat
itu, Yuuko percaya dengan Tooru karena suara Mayumi ketika ia mulai menelepon Yuuko
sangatlah aneh. Suaranya sangat lirih dan ia juga merasakan aura aneh ketika Mayumi
mulai berbicara mengenai meninggalkan tempat tersebut.
Yuuko
memutuskan untuk membukakan pintu untuk Tooru, namun…
Sumber: Berdasarkan mitos dan legenda horor Jepang yang ditambahkan sedikit cerita pengantar (adegan sebelum pasangan tersebut memasuki gedung rumah sakit)
Editor:
Nabilla Ramadhian
Komentar
Posting Komentar