Rapuhnya
tulang tidak serapuh semangat nenek satu ini untuk berjuang mencari nafkah di hiruk
pikuknya Ibukota. Namanya Suyati, (70) seorang perempuan yang kini usianya sudah
menginjak setengah abad ini, berjualan disuatu kantin dibilangan Jakarta
Selatan. Ia berjualan di lapak yang dimiliki kenalannya. Walaupun umur yang
sudah melampaui setengah abad, nenek ini masih saja berjualan demi kelangsungan
hidupnya. Nenek Suyati yang bertempat tinggal di Duren Sawit ini, mempersiapkan
barang dagangannya sejak pagi hari, nenek Suyati ini berjualan soto dan sop daging.
Nenek Suyati sudah melakoni sebagai penjual soto dan sop daging ini selama
setahun. Beliau berangkat dari pukul enam pagi sampai empat sore hari. Bukanlah
lelah yang dirasakan oleh Nenek Suyati tetapi semangatlah yang membuat Nenek
Suyati tetap berjualan selama seminggu penuh.
Hidup
di Jakarta memanglah tidak mudah seperti di kampungnya yang terletak di Jawa.
Di Jakarta semuanya serba mahal mulai dari makanan, obat saat ia sakit atau
kebutuhan rumah tangganya dan tidaklah mudah mencari uang di Jakarta. Ia pindah
ke Jakarta dengan harapan bisa mencukupi kebutuhan keluarganya bahkan saat ia
sudah tua ia tidak harus bergantung kepada anak – anaknya. Baginya, menjadi
mandiri bukanlah hal yang sulit, banyak orang menilai bahwa anaknya melupakan
jasa ibunya, mengira bahwa nenek Suyati bekerja atas tuntutan hidup. Padahal ia
bekerja untuk mencari aktivitas lain di usianya yang sudah tua. Ia merasa ini
bukanlah beban untuk mencari uang, walau sudah tua ia harus tetap beraktivitas
agar tidak mudah sakit. Nenek paruh baya ini tidak ingin dikasihani, ia merasa
tubuhnya masih dapat bekerja dan mencari uang untuk kebutuhannya sendiri.
Nenek
Suyati tinggal dengan anak pertamanya di daerah Duren Sawit. Setiap harinya
Nenek Suyati harus menempuh perjalanan jauh ke tempat ia berjualan dari Duren
Sawit sampai ke Kuningan, Jakarta Selatan. Nenek Suyati menggunakan angkutan umum
untuk sampai ke tempat dimana ia berjualan. Beliau sampai ke tempat ia
berdagang pukul tujuh pagi dan langsung pergi ke pasar untuk membeli
bahan-bahan untuk ia berjualan. Setelah itu beliau kembali ke tempat ia
berjualan untuk mempersiapkan barang jualannya yaitu soto dan sop daging yang
merupakan dagangan dari kenalannya yang meminta bantuan ke Nenek Suyati untuk
berjualan ditempatnya. “Saya cuma membeli sayuran ke pasar, memasak, dan
menyajikan makanan ke pelanggan, dan juga mencuci piring”.
Walaupun
sudah tua, tetapi Nenek Suyati tidak pernah
merepotkan anaknya. Meski anaknya sudah melarangnya untuk bekerja,
tetapi Nenek Suyati tetap ingin bekerja. Ia tidak ingin berdiam saja dirumah
dan membebani anaknya. “Biasanya kita berdagang, kalau dirumah diam saja itu
jadi capek” begitu kata Nenek Suyati yang tidak ingin berdiam diri dirumah
hanya mengandalkan anaknya saja. Begitu banyak rintangan yang Nenek Suyati
hadapi di perjalanan, tetapi ia tidak pernah takut untuk berjalan sendirian dan
selalu memberi tahu anaknya. “Anak sih pasti khawatir sama saya yah namanya
anak dengan orang tua”. Di usia yang begitu rentan seharusnya Nenek Suyati
bersantai menikmati hari tuanya tetapi beliau masih begitu semangat dalam
bekerja. “Saya kerja mencari uang untuk saya sendiri, saya tidak pernah minta
sama anak,dikasih sama anak ya saya terima, kalau tidak dikasih juga ya ga
masalah. Saya tidak mau membebani anak”.
Beliau
tak pernah meminta uang kepada anaknya sebab, menurutnya itu adalah hak
anaknya. Dan juga untuk cucunya yang lebih membutuhkan uang.tak pernah ada
keluhan dari Nenek Suyati saat beliau bekerja, ia mengatakan bekerja haruslah
ikhlas dan sabar. “kalo kerja itu harus ikhlas dan sabar dek, karena kerja itu
emang capek. Tapi kan nanti hasilnya bisa kita nikmati juga untuk kehidupan”,
ujar Nenek Suyati.
Ketika
dagangannya sudah habis sebelum waktu nenek Suyati pulang, maka ia akan
membantu uni, orang yang memberikannya pekerjaan. “Kalo dagangannya sudah
habis, atau belum abis mah saya bantu di warung uni tuh yang di depan warung
saya” nenek Suyati menceritakan. Beliau sebenernya ingin memiliki warung
sendiri, hanya saja beliau tidak memiliki modal. “Demi menyambung kehidupan
harus tetap bekerja, akhirnya saya kerja sama orang seperti ini dek. Daripada
saya harus minta sama anak saya, sementara saya juga masih kuat bekerja. Dan
saya juga udah punya cucu, pikiran saya tuh gamau ngerepotin anak karena
nantinya juga cucu saya yang mengalah”, ujar nenek Suyati.
Nenek
Suyati mempersiapkan semuanya ditempat berjualannya, dari memasak nasi, sayur,
dan lauk lainnya. Jadi makanan yang ia hidangkan selalu fresh. Terkadang juga jika ditempatnya sepi pengunjung, beliau
membantu di tempat majikannya. Nenek Suyati selalu merasa senang jika
berdagang, karena keahliannya adalah dalam hal tersebut. Harga makanan yang ia
jual pun relatif murah berkisar 15 ribu sampai 20 ribu.
Apakah
ada sosok pahlawan yang begitu berarti dalam hidupmu? Atau mungkin kamu adalah
pahlawan itu sendiri? Sosok pahlawan sering digambarkan sebagai seseorang yang
rela berkorban. Mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri. Hal
ini terjadi pada nenek Suyati yang telah menghidupi empat orang anaknya selama
kurang lebih 30 tahun seorang diri. Sebab suaminya telah pergi meninggalkan
dirinya. “Saya lebih baik tidak punya suami ya daripada dia main perempuan lain
di belakang saya”, ujar nenek Suyati. Nenek Suyati ini walaupun memiliki banyak
masalah di masa mudanya, tetapi ia tetap masih bisa menghidupi empat orang
anaknya. “saya kerja dari dulu dagang apa saja yang saya bisa demi sekolahi
anak-anak saya sampai SMA, ya walaupun saya Cuma bisa sekolahin sampai SMA”. Tidak
mudah menghidupi empat orang anaknya seorang diri, tetapi semangat seorang ibu
tak akan pernah pudar untuk membesarkan buah hatinya. Nenek Suyati tetap
semangat mencari nafkah walaupun keadaan diluar terkadang tidak mendukungnya
untuk bekerja, agar anak anaknya bisa menjadi orang sukses nantinya.
Banyak
pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah nenek Suyati ini. Mulai dari
semangatnya, keuletan dan juga kegigihan beliau dalam berusaha. Seharusnya kita
yang masih muda dapat bercermin dari Nenek Suyati ini, walaupun umurnya yang
tak lagi muda tetapi semangatnya tidaklah pudar. Banyak anak muda generasi kita
yang lebih memilih untuk meminta-minta daripada berusaha seperti Nenek Suyati
ini. Sebagai anak muda yang masih memiliki tenaga mari kita berusaha sekuat
tenaga untuk masa depan yang baik.
Menurut
pelanggannya, sop yang di jual nenek suyati masih enak. Walaupun sudah tua, ia
tetap mahir dalam memasak, “ rasanya enak, dia juga ramah kalau jualan suka ga
pelit. Kita mahasiswa kadang – kadang nyari yang murah jadi kita suka minta
tambahin dia tidak pernah mengeluh. Kadang – kadang nenek Suyati juga suka
bertanya tentang aktivitas saya. Ia selalu mengingatkan saya agar tetap
semangat dan bersyukur masih bisa bersekolah” kata natasya pengunjung yang
beberapa kali makan di tempat makan tersebut. Perhatian dan kebaikan nenek
Suyati harus kita jadikan sebuah motivasi agar kita tetap semangat menjalani
hidup.
Penulis:
Dita Melinda Ulimah
Hervira Rahmadini Chairunissa
Murel Karlo Akarialdo
Komentar
Posting Komentar