![]() |
Sumber Foto: Google |
Tidak terasa
perkuliahan semester ini telah usai, pertanda liburan telah datang. Di liburan kali
ini rasanya aku ingin sekali melakukan solo
traveling menuju salah satu kota yang ada di Indonesia. Menyambangi
berbagai macam kota
yang ada di Indonesia sudah menjadi ‘makanan’ ku setiap liburan datang.
Dikarenakan
hobiku adalah “mengembara”, maka hampir setiap penjelajahanku dilakukan tanpa persiapan matang, tanpa
tujuan, dan tanpa persiapan tempat tinggal. Hanya ada beberapa pakaian yang ada
di dalam tas ku.
Tibalah aku di
kota Yogyakarta, seorang diri melepas penatnya hiruk pikuk ibukota. Tanpa
persiapan dan renacana apapun.
Menyusuri
jalan-jalan di kota yang ku kunjungi tanpa tujuan pasti hingga matahari terbenam adalah suatu kesenangan bagi diriku
sendiri, hingga baru terpikirkan; “Di manakah nanti aku bermalam?”
Ku lihat bangunan seperti
hotel yang dari
luar terlihat mewah ala tahun 90-an. Tampilannya berhasil menarik perhatian ku. Tanpa pikir panjang, ku memasuki ruang utama bangunan
tersebut. Disambutnya
aku oleh seorang resepsionis dari hotel tersebut. Ternyata benar bahwa bangunan
ini adalah hotel.
“Ada yang dapat di
bantu, nona?”. Ucap resepsionis hotel tersebut.
“Saya ingin bermalam,
apakah ada kamar yang kosong? Dan berapa
biaya satu malam di hotel ini?”, tanyaku dengan antusias.
Ternyata
harga yang ditawar kan cukup murah. Setelah membayar, ku terima kunci kamar yang bertuliskan
angka 414. Begitu memasuki kamar, nuansa hotel tua langsung terlihat. Mulai dari berbagai furniture kayu berwarna gelap yang
kusam, hingga plafon dengan desain yang terlalu banyak ukiran,
Satu
yang menarik perhatian dan memunculkan rasa heran ku adalah connecting door yang terlihat sangat antik, dengan desain bergambar tokoh
perwayangan dan model kunci yang sangat tua. Jika ada orang yang mengintip melalui
lubang kunci, maka mereka dapat melihat seisi ruangan yang mereka intip. Tanpa
pikir panjang aku segera menggantung salah satu bajuku di gagang pintu untuk
menyelimuti lubang kunci tersebut.
Pukul 02.30 dini
hari, tidurku terganggu oleh suara lagu yang sangat keras dari kamar sebelah.
Sesekali ada suara perempuan yang tertawa dan menggedor pelan connecting door, pertanda bahwa ada seseorang yang bermalam di
kamar sebelah. Aku pun segera menelefon petugas hotel untuk memberi teguran
kepada penghuni kamar sebelah.
“Selamat malam,
saya ingin melapor bahwa penghuni kamar sebelah saya sangat berisik dan
mengganggu tidur saya, bahkan dia menggedor connecting
door. Tolong beri orang tersebut teguran untuk tidak mengganggu,”. Ucapku
dengan nada yang kesal dan masih mengantuk.
”Tapi itu tidak
mungkin nona…,”
“Tidak mungkin
bagaimana? Saya sangat terganggu oleh kamar sebelah,”. Potongku karena geram
“Maksud kami,
saat ini kamar 413 tidak dihuni oleh siapa pun, sehingga tidak mungkin ada
seseorang yang memutarkan lagu dan menggedor kamar anda melalui connecting door,”. Jawab petugas hotel.
Aku
langsung syok dan langsung menutup telefon. Bersamaan dengan tertutupnya telfon, Lagu dan kegaduhan yang kamar hilang. Mungkin aku terlalu lelah
hingga aku berhalusinasi. Aku pun mencoba kembali tidur dan terlelap.
Pagi
harinya saat sebelum menuju restoran hotel untuk menyantap sarapan, aku
teringat kejadian tadi malam dan mencoba mengintip kamar 413 melalui connecting door. Ku dekatkan
sebelah mataku pada lubang kunci dengan hati-hati. Di kamar itu, kulihat seorang perempuan dengan gaun
hitam yang sedang
tertidur di atas kasur. Aku pun heran dan berpikir mungkin pihak
hotel segan untuk menegur orang yang menginap, sehingga mereka berbohong
padaku. Namun kupikir, yasudahlah, lagi
pula aku hanya satu malam disini. Akhirnya, kutinggalkan kamar dan bersiap
keluar mengitari kota,
Siang
harinya, aku
kembali menikmati liburanku mengitari kota Yogya, dan kembali ke hotel yang sama pada
malam harinya. Aku tiba di kamar hotel pada pukul 21.00. Selesai aku mandi, tiba-tiba
rasa penasaranku kembali menyeruak pada kamar sebelah. Kembali aku intip kamar 413. Kulihat perempuan dengan gaun hitam itu sedang berdiri di atas kasur. Sayang,
pandanganku hanya sebatas pinggangnya sehingga tidak kuketahui pasti apa yang
sedang dilakukannya. Dengan perasaan tak perduli, aku kembali ke kasur dan akhirnya terlelap.
Pukul 02.30 dini hari. Kembali aku
terbangun oleh
ketukan pada connecting door. Karena
kesal, ku balas ketukan
dengan lebih keras. Ketukannya terhenti. Aku pun mencoba mengintip kamar
tersebut, tapi
yang ku lihat hanya ada warna merah. Pikirku, mungkin perempuan itu menutupi lubang kuncinya.
Pagi harinya saat aku sedang
sarapan di restoran hotel, salah satu teman SMA-ku yang sekarang tinggal di
Yogya menghubungiku dan mengajakku untuk bertemu di sebuah café yang tidak jauh dari kampusnya.
“Hai Icha, sudah
lama gak ketemu. Lu ke Yogya kok gak bilang gue sih? masa gue harus
liat story Instagram lu dulu baru gue bisa tau lu di Yogya,” sapa Indah dengan sangat
riang.
Kami pun berbincang-bincang hingga Indah bertanya.
“ngomong-ngomong lu nginep di mana selama di Yogya?,” tanya Indah.
“Gue baru aja check-out dari Hotel Sekar Asri, nanti sore gua pulang ke Jakarta,”. Jawabku.
“Hah? Itu kan
hotel serem, kok lu berani nginep di situ?,” tanya Indah dengan kaget.
“Serem gimana, ndah?”
“Jadi dari dulu
Hotel Sekar Asri itu udah horor dari awal tahun 2000-an karena katanya ada cewek
yang bunuh diri di salah satu kamar hotel itu. Nah, cewek yang bunuh diri itu
kalau gentayangan pakai baju gaun hitam dan matanya merah semua. Dia bunuh diri
di kamar 413.”
………………………………….
Penulis :
Muhammad Bima Ardhika
Editor : Meidiana Aprilliani
Komentar
Posting Komentar